Kenali Ciri Anak Yang Mengalami Deprivasi Maternal - Deprivasi maternal merupakan suatu kondisi dimana anak kekurangan kaasih sayang orangtua terutama ibu. Kekurangan kasih sayang ini mampu alasannya intensitas pertemuan yang terlalu singkat ataupun kurangnya perhatian meskipun ibu berada di depan mata.
Ciri-ciri Anak Mengalami Deprivasi Mental
- Mengalama keterlambatan tumbuh kembang (tumbang) baik fisik maupun psikis , menyerupai terlambat bicara , berjalan , dan pertumbuhan badan yang kurang maksimal.
- Anak rewel , suka menangis , dan tidak mampu dihentikan oleh para pengasuhnya.
- Anak suka menyendiri , sulit menjalin kekerabatan sosial dengan sobat , dan adakala lebih asyik dengan sobat khayalan.
- Anak sering mengalami sakit secara fisik menyerupai demam , menggigil , kedinginan , pusing , dan diare.
- Kembali mengalami kesulitan pada toilet training , suka mengompol , BAB di celana , dan sejenisnya padahal sebelumnya sudah mampu menyatakan keinginannya tersebut.
Mencegah dan Menangani Deprivasi Maternal
Sebagai orangtua yang memedulikan tumbuh kembang anak-anaknya , ibu seharunya mampu mencegah keadaan deprivasi maternal. Beberapa cara mampu dilakukan untuk mencegah dan mengatasi deprivasi maternal pada anak , antara lain:Menemani anak tidur
Bagi bayi dan balita , tidur bersama orangtua terutama ibu masih sangat dibutuhkan. Anak akan merasa lebih aman dan nyaman apabila ada ibu di sisi mereka dikala ticur. Setelah anak berangkat cukup umur , adaptasi tidur sendiri tetap mampu dilakukan dengan cara bertahap. Misalnya terlebih dahulu menemani dan membacakan kisah bagi anak sebelum mereka tertidur. Setelah anak tidur maka orangtua mampu pindah ke kamar tidur sendiri.
Tak segan memeluk dan mencium anak untuk mengungkapkan rasa sayang. Jika ada yang berkata rasa sayang tak perlu diungkapkan , maka hal itu sepertinya tidak berlaku untuk anak. Anak akan lebih memahami ungkapan kasih sayang kedua orang renta mereka dalam bentuk pelukan , ciuman , dan kata-kata teduh yang menggembirakan. Oleh akhirnya , memeluk anak tetap dapat dilakukan hingga mereka beranjak remaja.
Membuat pertemuan dengan anak lebih berkulaitas.
Deprivasi maternal tak akan sempat dialami oleh anak apabila pertemuan yang terjadi dengan kedua orangtua terutama ibu lebih berkualitas. Pertemuan setiap waktu dengan intensitas tinggi pun tak menjamin adanya kualitas jikalau orang tau tak mengusahakannya ada. Misalnya pada ibu bekerja mampu jadi anak justru tak mengalami deprivasi maternal alasannya ketika berada di rumah si ibu sangat menyayangi dan memerhatikannya. Sedangkan mampu saja ibu yang berdiam di rumah saja justru gagal menghadirkan pertemuan yang berkualitas alasannya rasa jenuh sehingga pengasuhan yang dilakukan tak mampu terlalu intensif.
Memerhatikan kebutuhan dan impian anak.
Selalu menurut maunya , tetapi mau berdiskusi wacana baik buruk satu impian yang dimiliki anaks ehingga ketika tidak diperbolehkanpun , si anak tetap mampu mendapatkan dengan lapang setelah diberikan pengertian dengan rasa kasih oleh sang ibu.
Mengasuh dan mendidik anak dengan gembira
Mengasuh anak memanglah unik. Jika kita mengasuhnya dengan marah , sebal , tentu saja belum dewasa akan tumbuh pula menjadi seorang pemarah. Berbalik ketika kita mengasuh anak dengan besar hati maka anak juga akan tumbuh dengan besar hati sehingga mampu maksimal perkembangannya.
Menyerahkan anak kepada pengasuh yang mampu memahaminya dikala ibu bekerja atau bepergian.
Memilih pengasuh yang sempurna untuk anak memanglah sulit alasannya bergotong-royong pengasuh yang sempurna bagi mereka ialah ibunya sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Sang Maha Kuasa. Meskipun demikian , tugas pengasuh sangat penting dikala ibu bekerja di luar rumah. Pemilihan pengasuh hendaknya melibatkan kedua orangtua dan anak. Utamakanlah memilih pengasuh yang baik , sopan , dan mampu memahami impian anak.
0 komentar:
Posting Komentar